The Open Group Architecture Framework (TOGAF)

The Open Group Architecture Framework (TOGAF) adalah sebuah framework untuk arsitektur enterprise yang menyediakan sebuah pendekatan komprehensif untuk mendesain, merencanakan, menerapkan dan mengelola arsitektur informasi enterprise. TOGAF ini merupakan standar Open Group yang telah terbukti digunakan oleh organisasi-organisasi terkemuka dunia dalam meingkatkan efisensi bisnis. TOGAF juga telah menjadi standar Enterprise Architecture yang paling terkemuka dan handal, standar yang konsisten baik metode dan komunikasinya diantara para profesional Enterprise Architecture. Para profesional Enterprise Architecture memilih TOGAF karena kredibilitas industri, efektivitas kerja, dan karir peluangnya lebih besar. TOGAF ini akan membantu para praktisi menghindari keterbatasan pengembangan Enterprise Architecture menuju metode yang eksklusif, memanfaatkan sumber daya secara lebih efisien dan efektif, dan mewujudkan keuntungan investasi yang lebih besar baik dalam bisnis maupun suatu organisasi.

Versi terakhir adalah TOGAF 9.1, diluncurkan pada tanggal 1 Desember 2011. Sebuah perkembangan evolusi dari TOGAF 8, TOGAF 9  mencakup banyak fitur baru termasuk :

Peningkatan kekakuan, termasuk Konten Metamodel resmi yang menghubungkan artefak TOGAF bersama-sama ( walaupun ada beberapa masalah dengan Metamodel tersebut ) .
Penghapusan perbedaan yang tidak perlu.
Lebih banyak contoh dan template.
Panduan dan teknik tambahan meliputi:

Sebuah pendekatan bisnis berbasis formal arsitektur.
Kemampuan bisnis berbasis perencanaan.
Bimbingan tentang cara menggunakan TOGAF untuk mengembangkan Arsitektur dan Keamanan SOAs.

Kelebihan TOGAF
Sifatnya yang fleksibel dan bersifat open source.
Sistematis
Focus pada siklus implementasi (ADM) dan proses
Kaya akan area teknis arsitektur
Recource base menyediakan banyak material referensi
Karena melibatkan banyak pihak terutama industri, di TOGAF banyak memberikan best practice atau kejadian riil di dunia nyata

Kekurangan TOGAF
Tidak ada templates standart untuk seluruh domain (misalnya untuk membuat blok diagram)
Tidak ada artefak yang dapat digunakan ulang (ready made)
Kapan membutuhkan TOGAF
Ketika ingin  TOGAF ini merancang arsitektur enterprise sehingga pemanfaatan teknologi informasi  dapat meningkatkan efisiensi pada proses bisnis perusahaan dan dapat melakukan investasi untuk jangka ke depan.

Bagian-bagian TOGAF

Architecture Development Method (ADM)
Komponen inti dari TOGAF yang menguraikan langkah-langkah dalam mengembangkan arsitektur perusahaan.
ADM Guidelines and Techniques
Komponen ini terdiri atas kumpulan petunjuk dan teknik dalam mengaplikasikan TOGAF ADM.
Architecture Content Framework
Komponen ini mendeskripsikan content framework dari TOGAF yang terdiri atas metamodel artefak, building blocks, dan deliverables.
Enterprise Continuum and Tools
Komponen ini merupakan “tempat penyimpanan  virtual” dari semua aset arsitektur , meliputi model, pola, penjelasan arsitektur, dan sebagainya – yang terdapat dalam perusahaan serta industri teknologi informasi secara umum. Aset tersebut diyakini perusahaan harus  tersedia untuk pengembangan arsitektur. Pada fase yang relevan sepanjang TOGAF ADM, terdapat peringatan untuk mempertimbangkan aset arsitektur apa dari TOGAF  Enterprise Continuum yang harus dipakai arsitek jika tersedia.
TOGAF Reference Models (RM) 
Komponen ini memuat architectural reference models yang mencakup TOGAF Foundation Architecture dan The Integrated Information Infrastructure RM.
Architecture Capability Framework
Komponen ini memuat proses, keahlian, peran dan tanggung jawab dalam organisasi yang dibutuhkan agar arsitektur dapat berfungsi.
TOGAF Reference Models (RM) 
Komponen ini memuat architectural reference models yang mencakup TOGAF Foundation Architecture dan The Integrated Information Infrastructure RM.

TOGAF mendefinisikan 4 jenis KOMPONEN arsitektural:
Mendefinisikan elemen dasar arsitektural
1. Metamodel
sebuah cara komunikasi yang digunakan untuk menyajikan view tertentu dari arsitektur. Artefak diatur ke dalam bentuk katalog, matriks, dan diagram.
Elemen arsitektural: actor, kebutuhan/requirement, item data
2. Artefak (artifact)
komponen penting dari arsitektur yang membentuk kerangkanya
Artefak: daftar proses, matriks data/aplikasi, class diagram
3. Building block
dokumen yang disusun berdasarkan elemen-elemen sebelumnya dan divalidasi secara formal sebagai output dari tahapan2 ADM yang berbeda.
Building block: aplikasi, proses bisnis
4. Hasil akhir (deliverable)
Hasil akhir: dokumen “architecture vision”, yang berisi daftar proses atau class diagram

Metamodel
Domain arsitektur bisnis, data, aplikasi, dan teknologi
Metamodel mendeskripsikan elemen dasar yang digunakan untuk membangun sebuah arsitektur enterprise
Domain arsitektur bisnis, data, aplikasi, dan teknologi
Domain tambahan prinsip, visi, dll
Setiap elemen arsitektur menjadi milik 1 domain tertentu sesuai dengan sifat alaminya
Domain bisnis dipecah menjadi 3 subdomain:
motivasi,
organisasi,
fungsi

Struktur umum dari Metamodel disusun sebagai berikut:
Bagian TOGAF core berisi elemen dasar fundamental,
Bagian extensions terbentuk dari elemen yang memperkaya/melengkapi metamodel “core” yang terkait dengan aspek tertentu

Elemen TOGAF core metamodel disusun menggunakan 4 domain arsitektural bisnis, data, aplikasi, dan teknologi
1. Arsitektur bisnis -> Unit organisasi, Actor, Role, Proses, Fungsi, Layanan bisnis
2. Arsitektur data -> Entitas data
3. Arsitektur aplikasi -> Komponen aplikasi
4. Arsitektur teknologi -> Platform layanan, Komponen teknologi

Tambahan (extension) digunakan untuk memperkaya TOGAF core metamodel dan disusun menjadi beberapa kelompok, untuk menambah elemen tambahan pada metamodel “core” 6 tambahan tersebut adalah:
1. Motivasi
Goal atau objective
pendorong/ (driver)
2. Konsolidasi infrastruktur
Lokasi
Komponen aplikasi fisikal
Komponen aplikasi lojikal
3. Tatakelola (governance)
Pengukuran
Kontrak
Kualitas layanan
4. Pemodelan proses
Event
Control
Produk
5. Pemodelan
Komponen data logikal
Komponen data fisikal
6. Layanan
Layanan sistem informasi

Artefak dibuat untuk merepresentasikan tool yang digunakan sebagai media komunikasi memperlihatkan bagian dari arsitektur dalam berbagai bentuk dan menjadi bagian utama dalam repositori

Konsep view dan viewpoint memainkan peran kunci dalam komunikasi arsitektur
Viewpoint merupakan view yang menggambarkan arsitektur atau menjawab pertimbangan stakeholder
Istilah “artifact” dan “view” dalam TOGAF memiliki arti yang mirip dan berhubungan dengan cara visualisasi dan komunikasi yang ditangkap dalam metamodel untuk kebutuhan spesifik stakeholder
Istilah “artifactkonsep umum yang ditujukan untuk semua representasi dari arsitektur, sementara “view” disusun secara teratur menjadi “viewpoint”

Kategori bentuk representasi arsitektur:
Katalog -> berupa daftar elemen dalam satu kelompok yang sama misalnya katalog aplikasi atau kamus entitas bisnis
Matriks -> memperlihatkan relationship yang ada di antara elemen: matriks actor/proses atau matriks data/komponen software
Diagram -> memperlihatkan bagian arsitektur dalam bentuk skema grafis misalnya diagram UML

“Building block” (Blok pembangun) pada dasarnya menggambarkan fondasi dasar yang membentuk sistem
“Building block” memenuhi kebutuhan untuk memecah (break down) seluruh gambaran sistem yang rumit menjadi sub- elemen
Contoh: sebuah sistem informasi dipecah menjadi domain-domain, kemudian menjadi sub-sistem, yang selanjutnya dipecah kembali menjadi aplikasi
Konsep ini bersifat umum dan pemecahan ini menjadi “building block” yang berlaku untuk semua jenis arsitektur (bisnis, sistem, atau teknologi)

Proses bisnis, fondasi arsitektur, atau unit organisasi adalah kandidat yang baik untuk menjadi “building block” arsitektur
TOGAF menentukan karakteristik “building block” sebagai berikut:
Berhubungan dengan kumpulan fungsi yang memenuhi kebutuhan bisnis
Dapat dibuat dari “building block” lainnya
Berinteraksi dengan “building block” lainnya
Dapat digunakan ulang (reuse) dan digantikan dalam arsitektur

Tugas mengidentifikasi dan menentukan “building block” penting dalam pengembangan arsitektur, khususnya sistem informasi
Pada dasarnya, sebuah sistem terbuat dari kumpulan “building block” yang saling terkoneksi
TOGAF membuat pembedaan antara architecture building blocks (ABB) dan solution building blocks (SBB) untuk memisahkan elemen-elemen yang terdokumen dari komponen fisikal

Hasil akhir (deliverable) memiliki peran khusus dalam pencapaian siklus ADM. Persetujuan hasil akhir oleh stakeholder memantapkan kesepakatan formal dan menentukan kondisi hasil sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan di masa mendatang
Hasil akhir dapat dipandang sebagai pintu gerbang yang melibatkan tinjauan ulang dan penerimaan output dari satu tahapan/aktivitas sebagai input ke tahapan/aktivitas selanjutnya. Hal ini terkait dengan “architecture definition document,” yang ditulis selama tahapan B, C, dan D untuk bagian-bagian yang berisi arsitektur bisnis, arsitektur sistem, dan arsitektur teknologi
Hasil akhir kebanyakan berupa dokumen, yang dikumpulkan dari elemen-elemen arsitektur, “building block,” dan artefak. Namun beberapa hasil akhir secara langsung digambarkan melalui model. Hal ini berlaku untuk hasil akhir berupa “ABB” yang bertujuan untuk memformalkan model arsitektur

TOGAF menentukan ada 22 hasil akhir serta menyediakan deskripsi dan templatenya, contoh template untuk “architecture definition document” meliputi:
Lingkup -Scope
Sasaran dan batasan - Goals and constraints
Prinsip arsitektur
Arsitektur dasar - Baseline architecture
- Model arsitektur:
- Model arsitektur bisnis
- Model arsitektur data
- Model asitektur aplikasi
- Model arsitektur teknologi
Alasan dan justifikasi pendekatan arsitektural
Pemetaan pada repositori arsitektur :
- Pemetaan pada lanskap arsitektur
- Pemetaan pada model referensi
- Pemetaan pada standar
- Penilaian penggunaan ulang (reuse)
Analisis kesenjangan - Gap analysis
Penilaian dampak
=====

1. Arsitektur enterprise
Arsitektur enterprise adalah deskripsi dari misi stakeholder yang meliputi informasi, fungsionalitas, lokasi, organisasi, dan parameter – parameter kinerja. Arsitektur enterprise menjelaskan rencana untuk pembangunan sebuah sistem atau serangkaian sistem (Osvalds, 2001) dan secara umum memiliki empat komponen yaitu arsitektur bisnis, arsitektur informasi (data), arsitektur teknologi, dan arsitektur aplikasi (The Open Group, 2011).
Arsitektur bisnis dapat dipandang sebagai dasar dan penggerak bagi pengembangan komponen lainnya dalam arsitektur enterprise. Arsitektur data/informasi dipandang sebagai satu aset pendukung bisnis untuk menetapkan kebutuhan sistem aplikasi. Sementara itu arsitektur aplikasi merupakan pendefinisian jenis aplikasi utama yang digunakan untuk pegelolaan data. Sedangkan arsitektur teknologi dipandang sebagai pendefinisian platform teknologi yang akan digunakan untuk penyediaan lingkungan aplikasi dalam proses pengelolaan data dan mendukung proses bisnis (Yunis et al., 2010).
Arsitektur enterprise dapat dianggap sebagai cetak biru (blueprint) yang menggambarkan rancangan saat ini dari sebuah enterprise yang membantu dalam proses perancangan sistem enterprise (Parizeau, 2002). Tujuan dari adanya arsitektur enterprise menurut TOGAF adalah untuk melakukan optimasi dan integrasi proses – proses warisan sistem sebelumnya, baik manual maupun otomatis yang responsif pada perubahan dan mendukung strategi bisnis organisasi (The Open Group, 2011). 

2. TOGAF (The Open Group Architecture Framework)
TOGAF (The Open Group Architecture Framework) adalah sebuah kerangka kerja yang terdiri dari metode dan serangkaian tools pendukung untuk mengembangkan arsitektur enterprise (The Open Group, 2011). Metode pengembangan arsitektur enterprise yang dimiliki oleh kerangka TOGAF disebut dengan TOGAF ADM (Architecture Development Method) dan merupakan inti dari kerangka kerja TOGAF itu sendiri. TOGAF ADM adalah sebuah metode generik yang yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan mengelola model arsitektur enterprise dan dirancang untuk menangani sebagian besar kebutuhan sistem dan organisasi.



TOGAF ADM terdiri dari sembilan fase yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Fase Preliminary, yaitu fase yang menjelaskan persiapan dan aktivitas awal yang perlu dilakukan untuk mencapai arahan dari proses bisnis terhadap model arsitektur enterprise yang dikembangkan. Aktivitas yang dilakukan antara lain penyusunan kapabilitas arsitektur, rencana kustomisasi TOGAF dan pendefinisian prinsip – prinsip arsitektur.
2. Fase A : Architecture Vision, merupakan fase awal dari ADM yang bertujuan untuk mengidentifikasi visi dari pihak manajemen organisasi terhadap kemampuan arsitektur enterprise yang meliputi proses pengkajian kebutuhan organisasi akan pentingnya pengembangan arsitekur enterprise, penentuan ruang lingkup arsitektur enterprise yang akan dibangun, identifikasi stakeholder, dan memperoleh persetujuan dari pihak manajemen untuk mengembangkan arsitektur enterprise.
3. Fase B : Business Architecture, adalah fase yang bertujuan untuk mendefinisikan kondisi awal dari arsitektur bisnis yang berjalan saat ini. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan target arsitektur bisnis yang menjelaskan aktivitas bisnis apa saja yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan bisnis yang sesuai dengan strategi bisnis organisasi.
4. Fase C : Information System Architecture, fase ini merupakan kombinasi dari arsitektur data dan arsitektur aplikasi. Tujuannya adalah untuk mengembangkan target sistem informasi (data dan aplikasi) yang akan digunakan oleh organisasi. Arsitektur data menekankan pada bagaimana data akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan proses bisnis dan layanan. Sedangkan arsitektur aplikasi lebih menekankan pada perencanaan kebutuhan aplikasi serta model aplikasi yang akan dirancang.
5. Fase D : Technology Architecture, fase ini bertujuan membuat target arsitektur teknologi yang ingin dibangun dengan menggunakan Technology Portfolio Catalog untuk menentukan jenis kandidat teknologi perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan. Selain itu, dalam fase ini juga perlu dilakukan kajian terhadap alternatif – alternatif yang dapat digunakan dalam pemilihan teknologi.
6. Fase E : Opportunities & Solutions, fase ini berfokus pada pendefinisian manfaat yang diperoleh dari arsitektur enterprise yang meliputi arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi, dan arsitektur teknologi yang sudah dibuat pada fase B, C, dan D. Tahap ini menjadi dasar bagi stakeholder untuk memilih dan menentukan arsitektur yang akan diimplementasikan dalam organisasi.
7. Fase F : Migration Planning, fase ini bertujuan menjelaskan rencana implementasi dari baseline menuju ke target arsitektur enterprise yang sudah dibuat. Aktivitas yang terlibat dalam fase ini antara lain adalah penilaian terhadap rencana migrasi dari sistem informasi.
8. Fase G : Implementation Governance, fase ini bertujuan untuk membuat rekomendasi tata kelola dari implementasi arsitektur enterprise yang sudah dilakukan. Proses tata kelola ini meliputi tata kelola organisasi, tata kelola teknologi informasi, dan tata kelola arsitektur.
9. Fase H : Architecture Change Management, fase ini bertujuan untuk memastikan bahwa arsitektur enterprise yang dikembangkan memperoleh value bisnis yang sudah ditargetkan sebelumnya. Pada fase ini juga ditetapkan rencana tata kelola arsitektur enterprise yang baru serta menentukan apakah siklus pengembangan arsitektur enterprise selanjutnya perlu dilakukan atau tidak.

Dalam praktek penerapan TOGAF ADM, seringkali perlu dilakukan modifikasi atau adaptasi untuk mencapai target atau kebutuhan tertentu dalam pengembangan model arsitektur enterprise sebuah organisasi. Sebelum menerapkan metode TOGAF ADM, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah meninjau komponen – komponen apa saja yang perlu untuk digunakan dari TOGAF ADM dan kemudian membuat model yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi dari sebuah organisasi.

3. Pemodelan arsitektur enterprise dengan TOGAF
Menurut TOGAF, model adalah representasi dari subyek tertentu yang dibuat menjadi lebih sederhana dan merupakan hasil elaborasi dari sudut pandang dan fokus perhatian pihak manajemen terhadap kebutuhan organisasinya yang diidentifkasi pada fase Preliminary. Model adalah komponen yang terdapat dalam TOGAF, dan TOGAF ADM memberikan proses dan aktivitas yang diperlukan untuk membuat, mengevaluasi, atau melakukan perubahan terhadap model arsitektur enterprise (Desfray & Raymond, 2014). Dalam kerangka kerja TOGAF, terdapat empat domain arsitektur yang secara umum diterima sebagai bagian dari arsitektur enterprise yang proses pengembangannya didukung oleh TOGAF, yaitu arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi (The Open Group, 2011). Keempat domain arsitektur tersebut secara umum dianggap sudah mencakup dan menangani sudut pandang pengembangan model arsitektur enterprise yang dimiliki para stakeholder.
Adaptasi fase-fase yang terdapat dalam ADM tergantung pada prinsip- prinsip arsitektur dan prinsip – prinsip bisnis yang ada dalam sebuah organisasi. Proses adaptasi ADM dapat dilakukan untuk menangani skenario yang berbeda, proses yang berbeda atau arsitektur yang spesifik misalnya arsitektur keamanan. Dalam pengembangan model arsitektur dengan ADM, TOGAF memberikan banyak teknik dan panduan yang dapat digunakan antara lain dengan mendefinisikan prinsip – prinsip arsitektur organisasi dan melakukan gap analysis untuk mengidentifikasi gap antara arsitektur dasar dengan arsitektur target. Terdapat banyak tools yang dapat digunakan untuk mengembangkan model dari keempat domain arsitektur enterprise tersebut, antara lain model arsitektur bisnis dapat dikembangkan dengan UML atau BPMN, arsitektur data dapat dikembangkan dengan ER-Diagram atau Class Diagram, arsitektur aplikasi dapat dikembangkan dengan Application Portfolio Catalog dan Application Communication Diagram, sedangkan arsitektur teknologi dapat dikembangkan dengan Technology Portfolio Catalog dan Network Computing Diagram. 

4. Arsitektur Informasi
Arsitektur Informasi dalam setiap organiasi melibatkan proses pendefinisian hubungan antara proses bisnis dengan kelas - kelas data. Proses ini memungkinkan dilakukannya evaluasi pertukaran data di dalam organisasi. Selain itu, arsitektur informasi menyediakan dasar pengelolaan sumber daya dan perencanaan strategis sehingga memungkinkan implementasi arsitektur informasi secara teratur (Rocha & Sa, 2013). Arsitektur informasi bertujuan menganalisa komponen informasi yang digunakan oleh proses bisnis yang dimiliki organisasi, serta mengindentifikasi penggunaan dan pergerakan informasi dalam organisasi. Hubungan antara aliran informasi dapat digambarkan dalam komponen informasi yang menunjukkan dimana informasi diperlukan serta bagaimana informasi tersebut dibagi untuk mencapai misi dari fungsi bisnis. Tahap ini menunjukkan aliran informasi teknis dan manajemen sebagai dampak waktu terhadap integritas informasi dan tujuannya (Alonso et al., 2010).

5. Perencanaan strategis sistem informasi / teknologi informasi
Strategi SI adalah definisi dari kebutuhan atau keinginan suatu organisasi terhadap sistem dan informasi untuk mendukung keseluruhan strategi bisnisnya. Perencanaan strategis sistem informasi / teknologi informasi merupakan proses identifikasi portfolio aplikasi SI berbasis teknologi informasi yang dapat membantu organisasi dalam menjalankan proses bisnis dan mencapai tujuan bisnisnya. Tujuan utama dalam menetapkan strategi sistem informasi adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan dan prioritas aplikasi SI yang akan dikembangkan (Ward & Peppard, 2002).
Dalam proses pengembangan strategi SI/TI ditentukan informasi, sistem informasi, dan arsitektur SI/TI yang dibutuhkan untuk mendukung proses bisnis dan meningkatkan infrastruktur dan kualitas layanan (Turban & Volonino, 2012). Aspek pengembangan SI/TI harus menjadi bagian dari sebuah institusi dengan tujuan mendukung aktivitas bisnis dan memberikan layanan bagi stakeholder, khususnya terkait dengan hubungan antara data, informasi, teknologi, dan aplikasi. Pengembangan SI/TI harus direncanakan dengan matang, dipusatkan atau didistribusikan dalam unit- unit kerja terkait, dan terintegrasi dengan sistem yang sudah ada (Mardiana & Araki, 2013). Terdapat banyak teknik, metode, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung proses perencanaan strategi SI/TI tersebut, namun setiap organisasi dapat memilih model perencanaan strategis yang dirasa paling sesuai dengan kebutuhan organisasinya tergantung pada sifat dan sumber daya yang dimiliki organisasi (Al-Aboud, 2011).

6. Analisis rantai nilai
Analisis rantai nilai (Value Chain Analysis) diperlukan untuk menganalisa aktivitas bisnis yang ada dalam organisasi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi proses – proses yang terjadi dalam organisasi dan memberikan margin tertinggi bagi stakeholder (Surendro, 2007). Metode analisis rantai nilai membedakan aktivitas bisnis menjadi aktivitas utama (primary activity) dan aktivitas pendukung (support activity). Aktivitas utama terdiri dari beberapa aktivitas berikut (Ward & Peppard, 2002):
A. Inbound Logistic : aktivitas yang terkait dengan pengambilan, penerimaan, penyimpanan dan penyediaan bahan baku dengan kualitas dan jumlah yang tepat bagi bisnis.
B. Operations : aktivitas yang terkait dengan pengubahan bahan baku menjadi produk atau jasa yang diinginkan pelanggan.
C. Outbound Logistic : aktivitas yang terkait dengan proses distribusi produk/jasa yang dihasilkan.
D. Sales and marketing : aktivitas yang terkait dengan promosi dan penjualan produk/jasa yang dihasilkan.
E. Services : aktivitas yang terkait dengan layanan purna jual.
Sedangkan aktivitas pendukung meliputi infrastruktur, manajemen SDM, pengembangan produk dan teknologi, dan proses pengadaan.

1 Comments

Lebih baru Lebih lama